Singapura, Mohon Jangan Berlogat Singlish

Kamis, 03 Maret 2011


VIVAnews - Pemerintah Singapura menyerukan warganya agar berbicara bahasa Inggris yang baik dan benar, jangan lagi sembarang ucap. Kemampuan berbahasa Inggris yang "ala kadarnya" bisa menghambat perekonomian Singapura, yang mengandalkan interaksi dengan para pebisnis dan konsumen dari seluruh dunia.

“Borrow me $5 can?” adalah salah satu contoh bahasa Inggris seenaknya yang biasa dilontarkan warga Singapura ketika hendak meminjam uang. Padahal, bahasa Inggris yang baku adalah “can you borrow me $5?”. Bahasa Inggris sekenanya yang biasa dipraktikkan warga Singapura ini lazim disebut Singlish (Singaporean English).

Pemerintah mengatakan bahwa peningkatan kemampuan bahasa Inggris yang baik dan benar akan juga meningkatkan standar hidup. Hal ini dikarenakan banyaknya produk jasa yang menjadi mata pencarian warga Singapura.

Karena itulah, pemerintah bekerja sama dengan restoran-restoran dan pusat makanan di tempat-tempat perbelanjaan memperbaiki bahasa Inggris para pelayannya. Pemerintah berencana menempelkan poster “Get it Right”, yaitu poster yang mencantumkan beberapa contoh kalimat Singlish dengan padanan bahasa Inggris bakunya.

Beberapa kata yang tercantum di poster adalah: “Got problem call me can” menjadi “Please let me know if you need help” dan “You ask me I ask who” menjadi “I don't know either.”

Pemerintah juga akan meningkatkan pelatihan para guru sekolah dasar mengenai diksi dan sintaks dasar, agar para guru tidak menularkan Singlish kepada para muridnya.

“Kita perlu tetap relevan dengan dunia luar. Inggris adalah gerbang ilmu pengetahuan,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Vivian Balakrishnan.

Singlish selama ini dipandang sebagai bahasa slank dengan memadukan empat bahasa resmi Singapura, yaitu Inggris, Mandarin, Melayu dan Tamil, serta beberapa kosakata dari beberapa dialek China.

Singlish seringkali merupakan terjemahan letterlijk dari sebuah frase China, sehingga terdengar acak-acakan. Warga Singapura yang biasa menggunakan Singlish mengaku akan mengalami kesulitan jika harus menggunakan bahasa Inggris baku.

“Inilah yang membuat kita dikenal sebagai warga Singapura. Ketika saya harus bicara Inggris baku, saya harus hati-hati sekali menggunakannya. Ketika saya bicara Singlih, kalimat akan keluar secara alami,” ujar Fadillan Mohammed, seorang penjaga di sebuah warung makan.

Beberapa dari mereka bahkan khawatir jika Inggris baku digalakkan, maka Singlish yang merupakan logat khas warga Singapura akan hilang. Jika ini hilang, maka kekhasan multi-etnis dan multi-agama yang dikandung di dalamnya juga akan turut hilang. Namun, Menpora mengatakan bahwa bahasa Inggris baku menjanjikan masa depan yang lebih baik.

“Banyak warga yang berbicara Singlish. Tapi saya mengimbau kepada anda untuk juga memikirkan anak-anak kita. Kesampingkanlah unsur emosional yang selalu saja ditimbulkan bahasa ini,” ujar Balakrishnan. (Associated Press/ywn)
• VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

please comments